Thursday, October 19, 2017

tentang ibu bekerja

bismillah.

saya lahir di keluarga dengan kondisi ibu bekerja. saya ingat dulu saya diajak ayah tiap sore menjemput mama di cawang, dengan vespa kesayangan ayah. sebagai anak dengan ibu pekerja, apakah saya tidak merasakan kasih sayangnya mama? tentu tidak.

postingan kali ini ceritanya ingin sedikit membahas tentang bolehkah seorang ibu bekerja, menurut pandangan saya.

kalau ditanya mengapa dulu ibu saya bekerja, itu saya yakin sudah rencana Allah. setelah ayah saya akhirnya memiliki toko material bahan bangunan (udah ngga ada sih sekarang hehe), ibu saya berhenti bekerja. rejeki sudah Allah yang atur. saya yakin.

polemik ibu muda sekarang, berkeinginan bekerja, namun bagaimana dengan anak di rumah? NAH.


sejatinya keluarga itu prioritas utama. jujur saya suka sedih melihat ibu ibu begitu bersemangat mengejar karir (dan uang), namun sepertinya lupa kapan terakhir kali mandiin anaknya.

enam tahun menikah, bisa dibilang saya ibu rumah tangga. mengajar di madrasah aliyah tapi tdk full time, juga di bimbingan belajar, saat anak kedua lahir, saya kurangi semuanya. anak buat saya nomor satu. haknya mendapatkan ASI harus saya berikan. belum lagi sang kakak tersayang membutuhkan saya dalam masa masa awal belajarnya.

kalau boleh jujur, saya kadang suka gemaaas dengan ibu ibu yang ngomongnya sih anti bekerja, mau ngurus suami dan anak saja, tapi mengeluh ga habis habis. pengen kerja, mau megang uang sendiri, dan halasyan halasyan lainnya. yang ikhlas yuk buk, nanti pahalanya ngalir lho! :)

alhamdulillah sampai hari ini saya masih menjadi ibu rumah tangga. tanpa ART. mengurus semuanya sendiri (dengan bantuan suami tentunya). namun, kalau dirasa sudah waktunya saya ikut bekerja untuk membantu suami, saya pun akan melakukannya. melihat kondisi ke depan, dimana kebutuhan akan pendidikan anak anak akan besar, sepertinya memang harus mencari akal untuk mencari pemasukan pemasukan tambahan.
tentang seorang istri yang bekerja, itu juga tentang ridho suami. kalau suami ridho, (dan anak juga ridho, mengizinkan) dan pekerjaannya dalam batasan yang wajar, dan tidak membawa kemudharatan, mengapa tidak?

jujur, semua perempuan sih maunya di rumah saja, namun kondisi keuangan berlebih. iya ngga? hihi. tapi, tidak semua rumah tangga terlahir dengan kondisi seperti itu bukan? bisa saja, rejeki untuk keluarga, Allah alirkan lewat sang ibu bekerja. bisa saja.

sedikit cerita, saya kadang suka ndumel sendiri, melihat kerabat yang sudah berkecukupan, namun suami istri full bekerja lembar lembur dan weekend diisi dengan bekerja sampingan juga. bagaimana kabar anaknya? perkembangan anak tidak bisa dibeli dengan uang. jangaan dunia dijadikan tujuan. (sebetulnya bukan urusan saya sih ya, tapi semoga bisa diambil pelajaran)


teruntuk ibu ibu di rumah
, semoga setiap keringatmu menyuapi anak anak masa depan, setiap peluhmu mengurus rumah, berbalas pahala dari Allah..

teruntuk ibu ibu bekerja
, insyaAllah niat membantu perekonomian keluarga akan berbalas pahala. dengan memiliki uang sendiri, semakin banyak sedekah yang bisa engkau berikan bukan? :) kata orang mengurus anak bukan melulu masalah kuantitas, tapi lebih kepada kualitas. semoga waktu waktumu bersama para buah hati, bisa membayar peluh lelahmu, para ibu hebat.

yang pasti, jangan galau, karena galau itu datangnya dari setan hehehe.

mari kita niatkan semuanya, lillahi ta'ala.

No comments:

Post a Comment